Feeds:
Pos
Komentar

oleh: Sigit Setyawan

Umurnya mungkin sudah berkepala enam. Dengan mengenakan kaos yang tampak lusuh serta sarung yang diikatkan ke badannya bapak paruh baya itu keluar rumah mencari rezki halal dengan berjualan celengan. Celengan yang kini bagi orang modern sudah tidak begitu perlu, karena sudah ada bank yang jauh berkembang daripada sekedar celengan. Namun kenyataan itu berbeda dengan persepsi  bapak tua si penjual celengan. Sepeda onthel butut miliknya menjadi sarana utama untuk mengangkut sekian banyak celengan berbentuk ayam  yang terbuat dari gerabah itu. Begitu banyaknya celengan yang dibawa hingga tidak menyisakan tempat untuk mengayuh sepedanya kecuali hanya bisa di dorong. Apabila setiap celengan memiliki bobot 1 kg, sedangkan  ia membawa puluhan celengan, bayangkan berapa berat beban yang dibawanya.

Lanjut Baca »

oleh: Sigit Setyawan

Gejolak kemanusiaan apa yang muncul saat kita sedang menunggu sesuatu? Entah menunggu bus yang lama datang untuk mengantarkan pergi ke tempat tujuan, atau menunggu teman yang belum hadir dalam rapat, atau menunggu yang lainnya. Tentunya jawaban yang ada sangat variatif. Menunggu bisa saja hanya memunculkan rasa bosan, jenuh, monoton, bahkan membawa kita pada sikap kurang bijaksana. Misalkan membawa kita kepada prasangka negatif kepada orang yang kita tunggu. Pada akhirnya menunggu yang semacam ini tidak menghadirkan kebaikan sedikit pun, justru menghadirkan hal sebaliknya. Tetapi yang menjadi catatan, tidak selamanya menunggu itu membosankan, menjenuhkan atau membawa kita pada aktivitas yang tidak bermanfaat.

Pada dasarnya dampak dari aktifitas menunggu itu tergantung  bagaimana cara kita mensiasati dan mengaturnya. Bagi kalangan yang tidak kreatif menunggu hanya memunculkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Menunggu sebetulnya adalah ruang kosong (blank space) bagi kita dimana hal tersebut bisa digunakan untuk melakukan aktifitas tertentu. Disaat menunggu itulah ada waktu senggang bagi kita, baik hanya sekadar 30 menit atau berjam-jam, bahkan bertahun-tahun. Sudah barang tentu aktifitas yang dimaksud adalah aktifitas yang membawa nilai kebaikan dan kebermanfaatan. Salah satu aktifitas yang dimaksud adalah membaca.

Membaca adalah aktifitas yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan dimana saja. Bagi para ulama, membaca sudah menjadi tradisi yang berkembang. Kegemilangan islam yang mencapai puncaknya di masa Harun Al-Rasyid dan Al Ma’mun diwarnai dengan tradisi keilmuan yang kuat, salah satunya adalah persoalan baca. Membaca menjadi salah satu jalan untuk menguasai bidang keilmuan, karena akan kita temukan gizi ilmu dalam setiap bacaan. Lanjut Baca »

oleh: Sigit Setyawan

Di tengah-tengah prestasinya selama memimpin peperangan, ia harus menerima kenyataan pencopotan jabatan pemimpin perang. Namanya Khalid bin Walid, pejuang islam generasi shahabat yang mendapat gelar saifullah (pedang Allah yang terhunus), dikenal sebagai panglima perang yang dalam sejarah kepemimpinannya selalu berhasil (sudah barang tentu karena izin Allah). Kepiawainya dalam menjalankan tugas kepemimpinan perang, pernah suatu saat membuat seorang panglima romawi bernama Jurjah masuk islam.

Pengalaman dari leader menjadi prajurit di alami Khalid saat melaksanakan ekspedisi perang melawan romawi. Di tengah sinyal kemenangan atas romawi dan suasana perang yang belum usai total, ia (Khalid) harus menjalankan perintah Khalifah Umar bin Khatab yang ditulis melalui surat. Dalam camp peperangannya seluruh kaum muslimin dikumpulkan, suasana tegang masih menyelimuti para pasukan. Khalid berdiri lalu memanggil Abu Ubaidah ‘Amir bin Al Jarah ra., dengan tangannya sendiri Khalid menyerahkan bendera kepemimpinan kepada Abu Ubaidah seraya mengucapkan “saya adalah prajuritmu yang siap mendengar dan ta’at, wahai Abu Ubaidah !” closing statement Khalid adalah “ aku berperang karena Allah, bukan karena Umar”. Lanjut Baca »

oleh: Sigit Setyawan

doc.kataqita/dilarang maksiat

doc.kataqita/dilarang maksiat

Punya kaos keren tapi bladus warnanya, wah ga jadi keren tuh. Punya kaos dengan desain menarik tapi rusak sablonannya, ga jadi menarik juga tuh. Nah kawan sekalian berikut saya sharingkan tips dalam merawat kaos kesayangan kita. Terutama bagi kalangan yang hoby mengenakan kaos. Tips ini mengajak kawan sekalian untuk belajar manajemen diri melalui perawatan kaos milik sendiri. Dari sinilah kita memulai belajar menata diri kita dari hal paling sederhana dan mengeliminasi kebiasaan-kebiasaan malas dalam diri kita. Berikut tipsnya:
1.    Pakailah kaos sesuai tempo waktu.
Kaos dengan kain katun sifatnya menyerap keringat. Jadi apabila kawan sekalian punya kaos dengan bahan tersebut, jangan sekali-kali mencoba memakainya selama 3 hari full time. Bisa berakibat fatal bro. teman-teman bisa menjauh dari kita karena efek parfum merk keringat yang dimunculkan. Jadi, pakailah kaos di saat perlu dan dalam tempo waktu yang pas. Tidak lebih dalam sehari. Beda dengan jaket yang bisa dipakai lalu di gantung di hanger kemudian besok dipakai lagi. Jangan pula keseringan memakai kaos yang sama, bisa menimbulkan kecurigaan seperti “ wah itu kaos belum dicuci ya, kok sama dengan yang kemarin”. Makanya untuk mengantisipasi, penting bagi  kita memiliki kaos dengan berbagai varian.
2.    Jangan biarkan kaos kita terlalu lama dalam tumpukan pakaian kotor.
Kawan sekalian, alangkah baiknya kita memiliki jadwal mencuci tidak hanya sepekan sekali, tetapi lebih dari itu. Mengapa? Kita kalkulasi saja sehari kita memakai pakaian berapa jenis dan berapa kali berganti. Misalkan dalam sehari kita meninggalkan pakaian kotor 3 pasang, berarti sepekan kita memiliki 18 pakaian kotor kalau di akhir pekan  memastikan mencuci.
Kaos yang terlalu lama dalam tumpukan pakaian kotor,bisa berakibat pada kondisi kain kaos tersebut. Apalagi kaosnya berwarna putih atau warna muda dan  masih meninggalkan keringat, bisa mengakibatkan munculnya bintik-bintik hitam. Dalam istilah masyarakat desa atau perkampungan di jawa disebut “endok kremak”. Jadi kawan sekalian rajin-rajinlah mencuci kaos kita.

Lanjut Baca »